MAKALAH
MIKROBIOLOGI
SALMONELLA PARATHYPI
OLEH :
NAMA : YOVINIANUS
ANDREAS NONO
NIM : SK.11.01.060
JURUSAN : KEPERAWATAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG.
Salmonella typhi (S. typhi), Salmonella paratyphi A (S. Paratyphi
A), Salmonella paratyphi B (S. paratyphi B) dan Salmonella paratyphi C (S.
paratyphi C) merupakan penyebab infeksi utama pada manusia, biasanya cenderung
meningkat pada masyarakat dengan standar kebersihan rendah terutama pada daerah
tropik.
Infeksi oleh Salmonella sp. hampir selalu melalui jalan oral,
yaitu melalui makanan dan minuman yang telah terkontamiasi, masuk ke mulut,
melewati saluran pencernaan, melalui dinding usus halus, masuk ke sistem limpa,
beredar melalui aliran darah, menyerang liver, kantung empedu, limpa, ginjal,
dan sum-sum tulang, kemudian bakteri berkembang biak dan melakukan penyerangan
ke berbagai organ.
Infeksi S. typhi, S. paratyphi A, S. paratyphi B dan S.paratyphi C
dapat muncul sebagai gastroenteritis, typhus abdominalis, dan septikemia. Demam
tifoid dan paratifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang
disebabkan oleh S. typhi, sedangkan demam paratifoid disebabkan oleh spesies
Salmonella enteriditis yaitu Salmonella enteriditis bioserotipe paratyphi A
atau S. paratyphi A, Salmonella enteriditis bioserotipe paratyphi B atau S.
paratyphi B, Salmonella enteriditis bioserotipe paratyphi C atau S. paratyphi
C.
Demam Tifoid atau typhus abdominalis, typhoid fever atau enteric
fever yang merupakan penyakit sistemik yang akut yang mempunyai karakteristik
demam, sakit kepala dan ketidakenakan abdomen, gejala ini berlangsung lebih
kurang 3 minggu yang juga disertai dengan gejala – gejala sakit perut,
pembesaran limpa dan erupsi kulit.
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat penurunan sel darah putih,
dan terjadi peningkatan titer Widal. Titer widal dikatakan meningkat bila
titernya lebih dari 1/160 atau didapatkan kenaikan titer 2 kali lipat dari
titer sebelumnya dalam waktu 1 minggu. Widal merupakan salah satu metode
pemeriksaan yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit
demam tipoid, akan tetapi pemeriksaan widal tersebut memiliki sensitifitas dan
spesifitas yang lemah, untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lain yang
dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa penyakit demam tipoid yaitu dengan
melakukan kultur bakteri dari penderita demam tipoid pada sampel feses, urin,
dan darah.
BAB
II
SALMONELLA
PARATHYPI
A.
DEFENISI DEMAM TIFOID
Demam
tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever. Demam tipoid
ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan
(usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada
saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.
B.
INFECTIOUS AGENT
Demam
tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi dari
Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatip, tidak membentuk
spora, motil, berkapsul dan mempunyai flagella (bergerak dengan rambut getar).
Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam
air, es, sampah dan debu. Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu 600C)
selama 15 – 20 menit, pasteurisasi, pendidihan dan khlorinisasi. Salmonella typhi
mempunyai 3 macam antigen, yaitu :
Ø Antigen
O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman. Bagian
ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin.
Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap
formaldehid.
Ø Antigen H (Antigen Flagella), yang terletak
pada flagella, fimbriae atau pili dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur
kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap
panas dan alkohol.
Ø Antigen Vi yang terletak pada kapsul
(envelope) dari kuman yang dapat melindungi kuman terhadap fagositosis. Ketiga
macam antigen tersebut di atas di dalam tubuh penderita akan menimbulkan pula
pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin.
C.
PATOGENESIS
Salmonella
typhi dan Salmonella paratyphi masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan yang
terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian
lagi masuk ke usus halus dan berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa
IgA usus kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel terutama sel M dan
selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan
difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan
berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plaque Peyeri ileum
distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui
duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam
sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia pertama yang asimtomatik) dan
menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di
organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak
di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah
lagi yang mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya dengan disertai
tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik, seperti demam, malaise,
mialgia, sakit kepala dan sakit perut.
D.
GEJALA KLINIS
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika
dibanding dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10 – 20 hari.
Setelah masa inkubasi maka ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak
enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. Kemudian menyusul
gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :
Ø
Demam.
Pada kasus-kasus yang khas, demam
berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi.
Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur - angsur meningkat setiap hari,
biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.
Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu
ketiga suhu tubuh beraangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu
ketiga.
Ø
Ganguan pada saluran pencernaan.
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak
sedap. Bibir kering dan pecah-pecah (ragaden) . Lidah ditutupi selaput putih
kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor.
Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan
limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi,
akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.
Ø
Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun
walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi
sopor, koma atau gelisah.
E.
EPIDEMOLOGI DEMAM TIFOID
v Distribusi
dan Frekwensi
Ø Orang
Demam
tifoid dapat menginfeksi semua orang dan tidak ada perbedaan yang nyata antara
insiden pada laki-laki dan perempuan. Insiden pasien demam tifoid dengan usia
12 – 30 tahun 70 – 80 %, usia 31 – 40 tahun 10 – 20 %, Menurut penelitian
Simanjuntak, C.H, dkk (1989) di Paseh, Jawa Barat terdapat 77 % penderita demam
tifoid pada umur 3 – 19 tahun dan tertinggi pada umur 10 -15 tahun dengan
insiden rate 687,9 per 100.000 penduduk. Insiden rate pada umur 0 – 3 tahun
sebesar 263 per 100.000 penduduk usia > 40 tahun 5 – 10 %.15.
Ø Tempat
dan Waktu
Demam
tifoid tersebar di seluruh dunia. Pada tahun 2000, insiden rate demam tifoid di
Amerika Latin 53 per 100.000 penduduk dan di Asia Tenggara 110 per 100.000
penduduk.6 Di Indonesia demam tifoid dapat ditemukan sepanjang tahun, di
Jakarta Utara pada tahun 2001, insiden rate demam tifoid 680 per 100.000
penduduk dan pada tahun 2002 meningkat menjadi 1.426 per 100.000 penduduk.
v Faktor-faktor
yang Mempengaruhi (Determinan)
Ø Faktor
Host
Manusia
adalah sebagai reservoir bagi kuman Salmonella thypi. Terjadinya penularan
Salmonella thypi sebagian besar melalui makanan/minuman yang tercemar oleh
kuman yang berasal dari penderita atau carrier yang biasanya keluar bersama
dengan tinja atau urine. Dapat juga terjadi trasmisi transplasental dari
seorang ibu hamil yang berada dalam bakterimia kepada bayinya.
Penelitian
yang dilakukan oleh Heru Laksono (2009) dengan desain case control , mengatakan
bahwa kebiasaan jajan di luar mempunyai resiko terkena penyakit demam tifoid
pada anak 3,6 kali lebih besar dibandingkan dengan kebiasaan tidak jajan diluar
(OR=3,65) dan anak yang mempunyai kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan
beresiko terkena penyakit demam tifoid 2,7 lebih besar dibandingkan dengan
kebiasaan mencuci tangan sebelum makan (OR=2,7).
Ø Faktor
Agent
Demam
tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi. Jumlah kuman yang dapat
menimbulkan infeksi adalah sebanyak 105 – 109 kuman yang tertelan melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi. Semakin besar jumlah Salmonella thypi
yang tertelan, maka semakin pendek masa inkubasi penyakit demam tifoid.
Ø Faktor
Environment
Demam
tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara luas di daerah tropis
terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar
hygiene dan sanitasi yang rendah. Beberapa hal yang mempercepat terjadinya
penyebaran demam tifoid adalah urbanisasi, kepadatan penduduk, sumber air minum
dan standart hygiene industri pengolahan makanan yang masih rendah.
Berdasarkan
hasil penelitian Lubis, R. di RSUD. Dr. Soetomo (2000) dengan desain case
control , mengatakan bahwa higiene perorangan yang kurang, mempunyai resiko
terkena penyakit demam tifoid 20,8 kali lebih besar dibandingkan dengan yang
higiene perorangan yang baik (OR=20,8) dan kualitas air minum yang tercemar
berat coliform beresiko 6,4 kali lebih besar terkena penyakit demam tifoid
dibandingkan dengan yang kualitas air minumnya tidak tercemar berat coliform
(OR=6,4) .
F.
SUMBER PENULARAN (RESERVOIR)
Penularan penyakit demam tifoid oleh basil Salmonella typhi ke
manusia melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh feses atau urin
dari penderita tifoid.
Ada
dua sumber penularan Salmonella typhi, yaitu :
Ø Penderita
Demam Tifoid
Yang menjadi sumber utama infeksi adalah manusia yang selalu
mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit, baik ketika ia sedang menderita
sakit maupun yang sedang dalam penyembuhan. Pada masa penyembuhan penderita
pada umumnya masih mengandung bibit penyakit di dalam kandung empedu dan
ginjalnya.
Ø Karier
Demam Tifoid.
Penderita tifoid karier adalah seseorang yang kotorannya (feses
atau urin) mengandung Salmonella typhi setelah satu tahun pasca demam tifoid,
tanpa disertai gejala klinis. Pada penderita demam tifoid yang telah sembuh
setelah 2 – 3 bulan masih dapat ditemukan kuman Salmonella typhi di feces atau
urin. Penderita ini disebut karier pasca penyembuhan. Pada demam tifoid sumber
infeksi dari karier kronis adalah kandung empedu dan ginjal (infeksi kronis,
batu atau kelainan anatomi). Oleh karena itu apabila terapi medika-mentosa
dengan obat anti tifoid gagal, harus dilakukan operasi untuk menghilangkan batu
atau memperbaiki kelainan anatominya.
Karier dapat dibagi dalam beberapa jenis.
§ Healthy
carrier (inapparent) adalah mereka yang dalam sejarahnya tidak pernah
menampakkan menderita penyakit tersebut secara klinis akan tetapi mengandung
unsur penyebab yang dapat menular pada orang lain, seperti pada penyakit
poliomyelitis, hepatitis B dan meningococcus.
§ Incubatory
carrier (masa tunas) adalah mereka yang masih dalam masa tunas, tetapi telah
mempunyai potensi untuk menularkan penyakit/ sebagai sumber penularan, seperti
pada penyakit cacar air, campak dan pada virus hepatitis.
§ Convalescent
carrier (baru sembuh klinis) adalah mereka yang baru sembuh dari penyakit
menulat tertentu, tetapi masih merupakan sumber penularan penyakit tersebut
untuk masa tertentu, yang masa penularannya kemungkinan hanya sampai tiga bulan
umpamanya kelompok salmonella, hepatitis B dan pada dipteri.
§
Chronis carrier (menahun) merupakan sumber penularan
yang cukup lama seperti pada penyakit tifus abdominalis dan pada hepatitis B.
G.
KOMPLIKASI
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi atas dua bagian, yaitu :
Ø Komplikasi
Intestinal.
·
Perdarahan Usus.
Sekitar 25% penderita demam tifoid dapat mengalami perdarahan
minor yang tidak membutuhkan tranfusi darah. Perdarahan hebat dapat terjadi
hingga penderita mengalami syok. Secara klinis perdarahan akut darurat bedah
ditegakkan bila terdapat perdarahan sebanyak 5 ml/kgBB/jam.
·
Perforasi Usus.
Terjadi pada sekitar 3% dari penderita yang dirawat. Biasanya
timbul pada minggu ketiga namun dapat pula terjadi pada minggu pertama.
Penderita demam tifoid dengan perforasi mengeluh nyeri perut yang hebat
terutama di daerah kuadran kanan bawah yang kemudian meyebar ke seluruh perut.
Tanda perforasi lainnya adalah nadi cepat, tekanan darah turun dan bahkan
sampai syok.
Ø Komplikasi
Ekstraintestinal.
·
Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan
sirkulasi perifer (syok, sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
·
Komplikasi darah : anemia hemolitik,
trombositopenia, koaguolasi intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia
hemolitik.
·
Komplikasi paru : pneumoni, empiema, dan
pleuritis
·
Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis
dan kolelitiasis
·
Komplikasi ginjal : glomerulonefritis,
pielonefritis, dan perinefritis
·
Komplikasi tulang : osteomielitis,
periostitis, spondilitis, dan artritis
·
Komplikasi neuropsikiatrik : delirium,
meningismus, meningitis, polineuritis perifer, psikosis, dan sindrom katatonia.
H.
PENCEGAHAN DEMAM TIFOID
Pencegahan dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan
perjalanan penyakit, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan
pencegahan tersier.
Ø Pencegahan
Primer
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang
sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Pencegahan
primer dapat dilakukan dengan cara imunisasi dengan vaksin yang dibuat dari
strain Salmonella typhi yang dilemahkan. Di Indonesia telah ada 3 jenis vaksin
tifoid, yaitu :
§ Vaksin
oral Vivotif Berna. Vaksin ini tersedia dalam kapsul yang diminum selang sehari
dalam 1 minggu satu jam sebelum makan. Vaksin ini kontraindiksi pada wanita
hamil, ibu menyusui, demam, sedang mengkonsumsi antibiotik. Lama proteksi 5
tahun.
§ Vaksin
parenteral sel utuh : Typa Bio Farma. Dikenal 2 jenis vaksin yakni, K vaccine
(Acetone in activated) dan L vaccine (Heat in activated-Phenol preserved).
Dosis untuk dewasa 0,5 ml, anak 6 – 12 tahun 0,25 ml dan anak 1 – 5 tahun 0,1
ml yang diberikan 2 dosis dengan interval 4 minggu. Efek samping adalah demam,
nyeri kepala, lesu, bengkak dan nyeri pada tempat suntikan. Kontraindikasi
demam,hamil dan riwayat demam pada pemberian pertama.
§ Vaksin
polisakarida Typhim Vi Aventis Pasteur Merrieux. Vaksin diberikan secara
intramuscular dan booster setiap 3 tahun. Kontraindikasi pada hipersensitif,
hamil, menyusui, sedang demam dan anak umur 2 tahun.
Indikasi vaksinasi adalah bila hendak mengunjungi daerah endemik,
orang yang terpapar dengan penderita karier tifoid dan petugas
laboratorium/mikrobiologi kesehatan
Ø Pencegahan
Sekunder
Pencegahan
sekunder dapat dilakukan dengan cara mendiagnosa penyakit secara dini dan
mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat. Untuk mendiagnosis demam tifoid
perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Ada 3 metode untuk mendiagnosis
penyakit demam tifoid, yaitu :
§ Diagnosis
klinik.
§ Diagnosis
mikrobiologik/pembiakan kuman.
§ Diagnosis
serologik.
Pencegahan
sekunder dapat berupa :
ü
Penemuan penderita maupun carrier secara dini
melalui penigkatan usaha surveilans demam tifoid.
ü Perawatan
umum dan nutrisi yang cukup
ü
Pemberian anti mikroba (antibiotik) Anti
mikroba (antibiotik) segera diberikan bila diagnosa telah dibuat. pada wanita
hamil, terutama pada trimester III karena dapat menyebabkan partus prematur,
serta janin mati dalam kandungan. Oleh karena itu obat yang paling aman
diberikan pada wanita hamil adalah ampisilin atau amoksilin.
Ø Pencegahan
Tersier
Pencegahan
tersier adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi keparahan akibat
komplikasi. Apabila telah dinyatakan sembuh dari penyakit demam tifoid
sebaiknya tetap menerapkan pola hidup sehat, sehingga imunitas tubuh tetap
terjaga dan dapat terhindar dari infeksi ulang demam tifoid. Pada penderita
demam tifoid yang carier perlu dilakukan pemerikasaan laboratorium pasca
penyembuhan untuk mengetahui kuman masih ada atau tidak.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Thypus
Abdominalis adalah suatu penyakit infeksi pada usus halus dengan gejala demam
satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau
tanpa gangguan kesadaran yang disebabkan oleh salmonela typhi.
Di Indonesia, diperkirakan angka kejadian penyakit ini adalah 300 – 810 kasus per 100.000 penduduk/tahun. Insiden tertinggi didapatkan pada anak-anak. Orang dewasa sering mengalami infeksi ringan dan sembuh sendiri lalu menjadi kebal. Insiden penderita berumur anak usia 12 – 13 tahun ( 70% – 80% ), pada usia 30 – 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10%) .
penyakit ini dapat ditularkan melalui mulut dengan makanan atau minuman yang tercemar Pencemaran kuman tipes dapat terjadi dengan perantaraan lalat dan melalui aliran sungai. Gejala atau tanda-tanda penyakit adalah:
Di Indonesia, diperkirakan angka kejadian penyakit ini adalah 300 – 810 kasus per 100.000 penduduk/tahun. Insiden tertinggi didapatkan pada anak-anak. Orang dewasa sering mengalami infeksi ringan dan sembuh sendiri lalu menjadi kebal. Insiden penderita berumur anak usia 12 – 13 tahun ( 70% – 80% ), pada usia 30 – 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10%) .
penyakit ini dapat ditularkan melalui mulut dengan makanan atau minuman yang tercemar Pencemaran kuman tipes dapat terjadi dengan perantaraan lalat dan melalui aliran sungai. Gejala atau tanda-tanda penyakit adalah:
Ø Pada
awal sakit, suhu badan naik perlahan semakin meninggi mencapai 40o C.
Ø Panas
dapat sampai 3-4 minggu, dan puncaknya penderita bicara tak menentu (ngomel).
Ø Sakit
kepala.
Ø Sakit
di bagian perut dan kadang-kadang disertai kembung.
Ø Nafsu
makan menurun.
Ø Badan
terasa lemah dan letih.
Ø Biasanya
disertai diare atau sukar berak dan kadang-kadang berak darah.
Ø Kesedaran
menurun.
Cara penyembuhan yang dilakukan adalah:
Ø Bed rest total, sampai 7 hari bebas panas.
Maksudnya untuk mencegah terjadinya komplikasi yakni perdarahan usus atau
perforasi usus. Mobilisasi pasien dilakukan secara bertahap, sesuai dengan
kekuatan pasien.
Ø Diet
saring rendah serat, lunak sampai 7 hari bebas panas lalu ganti bubur kasar ,
dan setelah 7 hari ganti dengan nasi. Pemberian bubur saring bertujuan untuk
menghindari komplikasi perdarahan usus / perforasi usus, karena ada pendapat bahwa
usus perlu diistirahatkan.
Ø
Obat untuk penyakit Types adalah antibiotika
golongan Chloramphenikol, Thiamphenikol, Ciprofloxacin dll yg diberikan selama
7 – 10 hari. Lamanya pemberian antibiotika ini harus cukup sesuai resep yg
dokter berikan. Jangan dihentikan bila gejala demam atau lainnya sudah reda
selama 3-4 hari minum obat. Obat harus diminum sampai habis ( 7 – 10 hari ).
Bila tidak, maka bakteri Tipes yg ada di dalam tubuh pasien belum mati semua
dan kelak akan kambuh kembali
terimakasih nih pembahasannya...
BalasHapushttp://tokoonlineobat.com/obat-demam-tifoid-alami/
Terimakasih, akan menjadi pengetahuan yg berguna bwt org awam spt sy
BalasHapusTerimakasih, akan menjadi pengetahuan yg berguna bwt org awam spt sy
BalasHapusTerimakasih banyak penjabarannya bermanfaat sekali, terutama buat sy saat ini sedang menederita patathypi... Sy bingung apa itu
BalasHapus